Ketidakpastian Perekonomian Global Dorong Aliran Dana ke Aset Safe-Haven

Jakarta, Ruaskabar.com - Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka Putri, mengungkapkan bahwa ketidakpastian perekonomian global telah mendorong aliran dana ke aset safe-haven seperti dolar AS dan emas, yang berdampak pada volatilitas nilai tukar rupiah saat ini.

Reny menjelaskan bahwa melemahnya perekonomian global dan meningkatnya ketegangan geopolitik telah memaksa pelaku pasar untuk mencari perlindungan dalam instrumen keuangan yang dianggap aman. Hal ini tercermin dari peningkatan permintaan terhadap dolar AS dan emas sebagai pilihan investasi yang relatif stabil di tengah-tengah ketidakpastian global.

Untuk mengatasi volatilitas eksternal yang disebabkan oleh aliran dana yang berubah-ubah, Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk melanjutkan triple intervensi, twist operasi, implementasi Devisa Hasil Ekspor (DHE), dan lelang instrumen terkini. Langkah-langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan menyerap aliran modal yang masuk.

Instrumen yang dilibatkan dalam upaya tersebut antara lain Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), serta Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Menurut Reny, data perekonomian, kondisi perekonomian global, ekspektasi inflasi, dan kebijakan moneter menjadi faktor penentu utama yang dapat mengarahkan bank sentral untuk menerapkan penurunan suku bunga. Dia juga menyoroti bahwa peningkatan permintaan terhadap dolar AS dipicu oleh berbagai data perekonomian AS yang menunjukkan perbaikan, termasuk revisi naik Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal IV-2023.

Reny juga memberikan prediksi terkait suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate, yang berpotensi turun pada paruh kedua tahun 2024. Demikian pula, potensi penurunan suku bunga acuan BI atau BI-Rate juga diperkirakan akan terjadi pada paruh kedua tahun ini.

Dengan asumsi bahwa kebijakan bank sentral AS atau The Fed akan menurunkan Fed Funds Rate menjadi 5 persen dan potensi aliran modal kembali ke pasar domestik, Reny memperkirakan nilai tukar rupiah dapat mencapai kisaran Rp15.400 sampai dengan Rp15.600 per dolar AS dan benchmark imbal hasil obligasi dalam negeri pada kisaran 6,4 persen sampai 6,5 persen pada akhir 2024.

Penilaian Reny tersebut memberikan gambaran tentang bagaimana dinamika global dapat memengaruhi ekonomi domestik, serta langkah-langkah yang diambil oleh otoritas moneter untuk menjaga stabilitas pasar keuangan di tengah ketidakpastian.

Ekonomi Indonesia Berpotensi Tumbuh Solid dengan Inflasi Inti Terjaga

Menanggapi analisis Reny Eka Putri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan optimisme terkait prospek ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. OJK menekankan bahwa meskipun terdapat tantangan eksternal yang signifikan, ekonomi Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh secara solid dengan inflasi inti yang terjaga.

Ketua OJK, Ahmad Hidayat, menyatakan bahwa pihaknya percaya bahwa berbagai langkah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral Indonesia akan mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Dia juga menyoroti upaya-upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan pasar keuangan.

"Dalam menghadapi dinamika eksternal yang tidak pasti, penting bagi kita untuk terus memperkuat fondasi ekonomi domestik. Langkah-langkah yang diambil oleh BI, termasuk dalam menjaga stabilitas nilai tukar, akan berkontribusi pada pemulihan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Ahmad Hidayat dalam keterangannya.

OJK juga menekankan pentingnya kerjasama antarlembaga dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Mereka menegaskan bahwa koordinasi yang erat antara bank sentral, regulator, dan pemerintah akan menjadi kunci untuk menjaga ketahanan ekonomi dan keuangan dalam menghadapi perubahan yang cepat di pasar global.

Sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat ekonomi domestik, OJK juga menyampaikan komitmennya untuk terus mengawasi sektor keuangan, memastikan bahwa semua entitas memiliki kesiapan dan ketahanan yang cukup dalam menghadapi potensi volatilitas dan risiko yang mungkin timbul.

Belum ada Komentar untuk " Ketidakpastian Perekonomian Global Dorong Aliran Dana ke Aset Safe-Haven"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel